https://googledrive.com/host/0ByoCwyjwB1aDQW9YUU9oZkVibms (warna hijau)

dian

Minggu, 29 Juni 2014

Angka Kematian Ibu dan Bayi Meningkat Tajam


Jakarta - Dari data terakhir yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) September 2013, diperoleh fakta yang mengejutkan mengenai angka kematian ibu dan bayi.
SDKI memberikan hasil angka kematian ibu (AKI) mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencatat angkat 228 per 100 ribu kelahiran hidup.
"Hal ini menjadi ironi karena target MDG's Indonesia pada tahun 2015 sendiri adalah 108 per 100 ribu kelahiran hidup," ujar Laksono Trisnantoro, Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada, di Jakarta, Selasa (29/10).
Ia mengatakan, angka kematian ini dapat meningkat karena kurangnya perhatian aspek pelaksaan prograk Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di daerah dalam konteks desentralisasi.
Laksono menambahkan bahwa angka kematian ibu dan bayi yang ada di daerah kabupaten tidak dijadikan sebagai indikator kinerja program tersebut. "Kami menilai perlu ada perbaikan kebijakan dan perubahan strategi untuk mengurangi kematian ibu dan anak," tuturnya.
Perubahan ini juga perlu didukung dengan ketersediaan tim konsultan Manajemen KIA yang membantu Dinas Kesehatan, Pemerintah Propinsi, Kabupaten, Kota, dan Kementerian Kesehatan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi.
Diakuinya, setelah empat tahun melakukan kegiatan operasional di NTT dan DIY serta Papua, PKMK FK UGM (Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada) mengambil berbagai kesimpulan yang dirangkum dalam usulan paket kebijakan untuk mengurangi kematian ibu dan bayi dalam usaha menuju ke perbaikan pencapaian MDG's.
Paket Kebijakan mencerminkan berbagai kondisi daerah dimana DIY mewakili daerah maju, NTT daerah sulit, dan Papua merupakan daerah yang sangat sulit.
Inti paket kebijakan adalah mengacu pada integrasi hulu dan hilir (preventif dan kuratif), penggunaan data absolut sebagai indikator kinerja program KIA, mengembalikan 'sense of urgency' dan adanya 'peningkatan adrenalin dalam program', perbaikan sistem rujukan dan mutu pelayanan klinik, dan terakhir dukungan seluruh pihak untuk intervensi kebijakan yang multi disiplin.
Pengalaman tersebut juga menunjukkan bahwa dalam usaha penurunan kematian ibu dan bayi diperlukan adanya tim konsultan manajemen dan tenaga ahli yang aktif bekerja.
Laksono menyayangkan sampai saat ini belum banyak lembaga konsultan manajemen yang berfokus pada penurunan kematian ibu dan bayi. Oleh karena itu, ia menganggap Perguruan Tinggi merupakan sebuah lembaga yang dinilainya mampu menjadi tim konsultan yang tumbuh setiap kabupaten daerah.
"Perguruan tinggi punya peran yang kuat dalam menginisiasi kesadaran ini, karena saya yakin Perguruan Tinggi merupakan paket lengkap dari tim konsultan, tenaga ahli, dan tenaga kerja," jelasnya.
Karena itu, demi mendukung terciptanya tenaga ahli di setiap kabupaten daerah PKMK FK UGM menggagas sebuah web yang bernama www.kesehatan-ibuanak.net dan berisi konsep program KIA, jaringan program KIA, dan modul pelatihan mengenai program KIA yang dapat dipelajari dan dikembangkan secara berkala.
"Kami memilih web karena ini merupakan media pembelajaran paling efektif yang yang ada pada saat ini dan mampu menjangkau hingga ke daerah-daerah," tutur Laksono.
Namun ia mengingatkan bahwa apa yang ada pada web ini hanya sebatas pada materi saja, seluruh lapisan masyarakat harus kerja langsung turun ke lapangan untuk menekan angka kematian tersebut.


Penulis: Mahesa Bismo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar